Luxurious thing

Sarapan mewah di pagi hari. Coba kudeskripsikan sesuai urutannya :
- sebungkus pempek Palembang (asli) dari teman
- plastik pembungkus dari mama
- sebungkus nasi dari ibu mertua
- udang goreng dari bapak mertua
- keripik tempe dari mpak-nya Azka
- kertas pembungkus dari simbok
- sambutan selamat pagi dari abang ipar lengkap dengan senyumnya yang menawan (cieee..! masih merem melek blom sikat gigi tuh!)

Lha aku modal apa?! Alim doank, gak bertingkah di pagi hari seperti biasanya... straight face laah hehee, ketauan.











Kemewahan yang tak tergantikan oleh apapun di dunia ini, yang kudapatkan dari orang-orang tersayang. Walopun aku harus datang ke kantor hari ini kesiangan & dipelototin Bapak Buah. Cuek aja daah... enjoying my luxurious breakfast.
Allah Maha Adil. Kok..?! Yup, slama ini semua makanan tadi terasa hambar (bahkan tanpa rasa) di lidahku. So pasti, karena mertua (terutama bapak mertua) hampir tidak pernah membubuhkan bumbu pada masakan beliau. Dan itupun hanya dimasak dengan cara direbus ataupun digoreng tanpa minyak. Dan hari ini, disaat segalanya serba susah untuk didapatkan... Allah telah memberikan kelezatan yang tiada tara. Subhanallaah... alhamdulillah.

Semua ini kembali mengingatkan aku pada kebiasaan makan Bokap (alm.), yang suka mengaduk semua makanan yang disajikan mama di piring beliau. "Kalopun enak ya enak bareng, kalo nggak enak ya semua gak enak bareng juga!"
Dan satu lagi ucapan beliau, "Jangan lihat apa yang kamu makan & bagaimana rasanya. Tapi pikirkan apa manfaat makanan itu buat badan, buat kesehatan! Toh mereka sama seperti kita yang numpang lewat di dunia ini. Jadi kenapa tidak memberikan sesuatu yang berarti, yang bermanfaat?"